Sabtu, 25 April 2009

waktu begitu cepat bergulir


Waktu seakan begitu cepat bergulir,
kedipan mataku kerap terlupakan karena deru jantung yang tak beraturan,
Hidup bagiku hanya sebuah tolakan.
Dari jemari kaki yang menjinjit dan siap melompat ke atap yang entah mungkin terjangkau.

Aku menengada.
Leherku terbentuk dari belulang kering yang terlapisi oleh basahnya keringat.
Mataku terpicing. Tipis.
Di bawah terik yang tiap hari menggigit.
Kuangkat nafas dan kulapangkan dada.
Di bawah rerumputan liat dan stepa meninggi,
aku berdiri, tanpa beralas kaki,
tanpa balutan layak membungkus kulit.
Beriaku air, Tuhan,
mungkin untuk yang pertama kusebut nama itu.

Kurasakan ia menetes.
Tapi tak terasa melegakan.
Perih.
Dalam hati, bergemuruh gejolak memaki.
Ku kepalkan kedua telapak tangan.
Tapi kupedulikan kulitnya tertembus tajamnya kuku.
Kubiarkan mereka tetap mengalir.
Tanpa henti hingga jerit seakan tak berarti.
Suaraku terjepit. Nafasku tertahan.
Aku rubuh dalam simpuh di atas tanah merekah panas.
Aku tertunduk.
Genggaman itu kini terbuka, menumpu tubuh ringkih itu.

Tatapan itu kini.....

Kosong terpaku pada bumi.
Sebegitu dekat aku.
Gemetar kurasa menembus tubuhku.
Aku rubuh tersimpuh.
Mataku memerah basah.
Dalam serah kehidupan.
Kurasakan.
Waktu begitu cepat bergulir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar